never ending story

Rabu, 06 Januari 2010

GUS DUR DALAM "KACAMATA BERBAGAI UKURAN"

Julukan paling tepat bagi Gus Dur sekarang adalah the rapidly Shrinking president, presiden yang mengerdil dengan cepat. Betapa tidak. Saat terpilih delapan bulan silam, ia dianggap sebagai produk sebuah kompromi nasional, yang karenanya diharapkan dapat menciptakan ruang-ruang politik yang lebih luas untuk membawa negeri kita keluar dari kemelut. Dengan Megawati sebagai wakil dan dengan basis legitimasi yang kuat, ia dianggap memiliki kesempatan besar untuk mulai menancapkan dengan kukuh pilar pilar demokrasi, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan menjamin stabilitas sosial.

Di luar negeri, Gus Dur dipuja dan seolah dianggap mukjizat demokrasi. Mereka terkagum-kagum, dan dengan antusias berharap Gus Dur akan menjadi contoh pertama seorang pemimpin Islam yang demokratis dan berhasil memerintah negerinya. Harian terpenting di Amerika Serikat The New York Times, bahkan menempatkan posisi Gus Dur di tempat yang lebih penting ketimbang Sri Paus dan Dalai Lama.

Tetapi, apa yang kita lihat sekarang? Bahkan dari kalangan yang mendukungnya pun, seperti Partai Kebangkitan Bangsa dan para aktivis serta intelektual ying berkumpul di Kuta, Bali, beberapa waktu lalu, argumen yang mereka berikan untuk tetap mempertahankan Gus Dur sudah sangat defensif. Mereka tidak lagi berkata bahwa Gus Dur harus dipertahankan karena ia pemimpin yang terbaik, tetapi karena kemungkinan buruk, yaitu konflik konflik keras di kalangan massa yang mungkin akan mengiringi penggantian Gus Dur. Argumen mereka dilandasi oleh ancaman dan kecemasan. Bukan lagi o1eh harapan dan optimisme.

Inilah bukti terbaik betapa Gus Dur, dalam waktu relatif singkat, telah terpuruk ke posisi yang sangat rendah – sesuatu yang mungkin akan dicatat sebagai hal tragis dalam sejarah politik kita kelak. Mengapa semua itu terjadi? Mengapa harapan terhadapnya begitu cepat berganti menjadi kekecewaan dan kecemasan?

Menurut saya, penyebabnya tidak terletak pada faktor-faktor eksternal, seperti persekongkolan politik, hantu konspi rasi, dan semacamnya. Penyebabnya terletak pada Gus Dur sendiri. Setelah delapan bulan berkuasa, kita sudah bisa melihat Gus Dur yang sesungguhnya. Kita sudah bisa membaca pola kepemimpinannya, kemampuan memerintah, dan moralitas politik yang melekat padanya.

Potret yang tampak sejauh ini: dari segi kepemimpinan, nilai yang bisa diberikan kepadanya adalah C minus. Ia tidak berhasil melakukan metamorfosis kepemimpinan, dari pemimpin tradisional menjadi pemimpin modern. Gus Dur sama sekali tidak memiliki perencanaan yang terperinci tentang apa yang harus ia lakukan. Dan, kalau toh Gus Dur memang memiliki sebuah agenda, kita tahu, ia mampu mengubah, mengaburkan, dan menelikung agenda itu, setiap hari. Dalam takaran tertentu, “fleksibilitas” seperti ini memang perlu bagi seorang politikus Untuk mengarungi medan politik yang kompleks. Tetapi, pada Gus Dur, takarannya sudah sangat overdosis. Akibatnya, tidak seorang pun saat ini yang mengerti apa yang akan dilakukan dengan sungguh sungguh oleh pemerintah.

Dari segi moralitas publik, nilai yang diperoleh Gus Dur malah lebih jelek: D minus. Gus Dur terlalu sering memberi contoh yang sangat jelek bagi publik. Dalam banyak kesempatan, saat harus menjelaskan masalah Ambon, Aceh, atau masalah masalah besar lain yang kita hadapi, ia selalu menuduh orang itu atau orang ini yang menjadi penyebab segala masalah. la bukan cuma pengikut "kultur konspirasi”, tetapi dialah salah satu sumber dan penciptanya. Ia terus menerus menuduh dan mencari kambing hitam. Pengaruh dari contoh yang diberikan Gus Dur ini sebenarnya bukan lagi jelek, tetapi sudah berbahaya. Sudah begitu, Gus Dur juga tidak mampu menjadi pelita kejujuran. Sebaliknya, kata-katanya sama sekali tidak bisa dipegang (orang yang agak kasar akan berkata, dia adalah seorang pembohong).

Betul bahwa kadang-kadang, karena keterbatasan manusia dan hakikat kekuasaan itu sendiri, seorang politikus terpaksa harus menelikung kata kata dan menyembunyikan kebe naran. Tetapi seorang politikus negarawan akan mengerti, itu semua adalah bagian dari sebuah taktik untuk mencapai tujuan yang lebih besar dan mulia. Persoalannya, pada Gus Dur, penelikungan kata kata itu bukan bagian dari sebuah tujuan yang lebih besar, melainkan hanya sebagai akibat dari kelemahan pribadinya.

Dari segi kepiawaian politik, nilai Gus Dur juga tidak lebih baik. Dalil pertama seorang politikus kawakan adalah, "Carilah kawan sebanyak mungkin, dan jangan menciptakan musuh kalau memang tidak perlu". Dalil ini sedari awal sudah dilanggar oleh Gus Dur. Ia menciptakan musuh terus menerus, tanpa sebab sebab yang jelas, dan tanpa kalkulasi kekuatan riil. Akibatnya, kalau kelemahan moral Gus Dur membuat kita bertanya akan kredibilitas dia, kelemahannya dalam kalkulasi politik menyebabkan dia kehilangan basis basis dukungan yang semula dinikmatinya. Pertanyaan kita kemudian lalu apa? Karena sudah berada di titik terendah, apakah Gus Dur sudah perlu diturunkan sekarang?

Kalau memegang kekuasaan sepenuhnya untuk menentukan nasib Gus Dur, saya akan memberinya kesempatan paling lama enam bulan lagi. Saya akan memberi dia peringatan sekeras kerasnya, tetapi saya tetap memberi dia peluang untuk berubah. Kelau memang berubah, silakan jalan terus. Kalau tidak, ya sudah, palu harus diketuk. Negara kita terlalu besar, dan urusan kita terlalu banyak hanya untuk direpotkan terus menerus oleh seorang Gus Dur.

Minggu, 13 September 2009

KARAKTERISTIK FILM

Film, secara sederhana dapat didefinisikan sebagai cerita yang dituturkan kepada penonton melalui rangkaian gambar bergerak.
Dari definisi tersebut, kini mendapatkan empat elemen penting, yang akan dibahas dalam diktat ini, yaitu:
1. Cerita
2. Dituturkan
3. Penonton, dan
4. Rangkaian gambar bergerak
Cerita sebenarnya bisa dikisahkan melalui berbagai media, seperti novel, drama panggung, dan sebagainya. Menuturkan cerita melalui rangkaian film tentu saja berbeda dengan apabila kita menuturkan cerita melalui novel misalnya. Oleh karena itu, pertama-tama kita harus memahami karakteristik film.
A. Film menggunakan unsure gambar sebagai sarana utama untuk menyampaikan informasi.
Sebagaimana yang kita ketahui, dalam sejarahnya, film adalah kesinambungan dari fotografi. Pada mulanya film masih bisu, baru kemudian unsure suara melengkapi unsure gambar. Gambar dan suara, keduanya secara bersama-sama menceritakan cerita pada penonton. Keduanya mengandung apa yang dinamakan ekspresi. Kita melihat gambar dan mendengar suara. Bahwa film bisu mampu bercerita tanpa unsure suara memnerikan kepada kita satu pengertian, gambar mencukupi untuk mengisahkan cerita. Bertutur menggunakan media film adalah pertama-tama bertutur visual. Dengan demikian, apabila kita ingin menuturkan cerita melalui film , maka kita harus berfikir visual. Artinya, berfikir bagaimana suatu informasi akan disampaikan dalam bentuk gambar.
Unsure suara (dialog, music, dan efek) merupakan sarana penunjang. Unsure suara dipergunakan apabila :
1. Gambar sudah tidak sanggup menjelaskan.
2. Gambar tidak efektif dan efesien.
3. Suara digunakan untuk menunjang mood, suasana atau perasaan.
4. Suara dipergunakan sebagai kebutuan realitas.
B. Film memiliki keterbatasan waktu
Pengarang novel, misalnya, bisa menentukan sendiri kapan mengakhiri novelnya. Tetapi film memiliki panjang tertentu, antara 80 sampai 120 menit, atau bahkan bila kita menentukan waktu 3 jam sekalipun maka batasan waktu telah kita tetapkan

Senin, 06 April 2009

SUSAHNYA MENCARI PERAWAN

Saat ini, hanya kurang dari separuh wilayah-wilayah Indonesia yang memiliki hutan, Terjadi penurunan yang signifikan dari luasnya hutan pada awalnya. Antara 1990 dan 2005, negara ini telah kehilangan lebih dari 28 juta hektar hutan, termasuk 21,7 persen hutan perawan. Hutan perawan merupakan hutan yang masih asli dan belum pernah dibuka oleh manusia.
Menjaga hutan perawan sama susahnya menjaga keperawanan remaja wanita di masa kini. Hutan-hutan di Indonesia sekarang ini banyak dihancurkan berkat penebangan hutan, penambangan, perkebunan agrikultur dalam skala besar, kolonisasi, dan aktivitas lain yang substansial, seperti memindahkan pertanian dan menebang kayu untuk bahan bakar.

Hal seperti ini sama saja terjadi pada remaja. “Untuk mencari remaja wanita yang masih perawan di masa modern ini sangat susah. Mungkin satu berbanding seribu”. Ucap salah satu teman sekolahku. Yah… ucapannya memang memiliki alasan. Saat ini remaja banyak sekali terjebak pada pergaulan bebas dimana berpacaran dirasa kurang lengkap tanpa “bercinta”. Ini baru satu dari ribuan alasan mengapa keperawanan wanita seakan tidak artinya lagi.
Demikian halnya yang dialami oleh hutan Indonesia. Hutan sudah dianggap tak berarti lagi. Entah siapa yang “salah bergaul” dalam kasus ini. Apakah rakyat yang salah bercinta dengan pendidikan sehingga dengan seenaknya saja menebang hutan secara liar, yang mana di kemudian hari nanti akan menyebabkan Negeri ini menangis dengan bencana-bencana alam yang di timbulkannya??? Atau salahkah rakyat yang salah bercinta dengan kemiskinan sehingga melakukan pembakaran hutan untuk di bukanya lahan-lahan baru yang lebih menguntungkan untuk saat ini dan akan sangat merugikan untuk kehidupan dimasa yang akan datang???

Dan bisakah kita menyalahkan pemerintah yang salah bercinta dengan tangannya dalam menulis Undang-undang tentang kehutanan yang dirasa kurang tegas dan menguntungkan segelintir orang saja??? Yang pastinya, kesalahan itu jangan terlalu di besar-besarkan. Dari kecil, kita sudah di ajarkan untuk memaafkan. Lalu apa salahnya memaafkan pelaku hilangnya keperawanan hutan kita atau memaafkan remaja yang telah hamil tiga bulan akibat keperawanannya yang di ambil teman sebayanya? Lagipula, sedikit-banyak kejadian seperti itu juga di sebabkan kurangnya perhatian orang tua dan kelalaian orang tua dalam menjaga dan mendidik anaknya. Untuk soal hutan, tentunya karena kelalaian kita dalam menjaga hutan kita.
Yang harus di lakukan saat ini tentunya mencari jalan keluarnya! Dalam mencari jalan keluar, kita harus berpikir tenang. Tentunya kita harus mencari apa penyebab hilangnya keperawanan tersebut! Jangan gegabah dan mendoktrin seseorang salah serta memberikan hukuman! Jika itu di lakukan, bisa saja remaja wanita yang sudah hamil tadi kabur dari rumah, karena tak dapat restu, sang pacar tak mau bertanggung jawab, kemudian sang remaja melakukan pengguguran kandungan dan hidup di jalanan, karna tak ada uang, ia bekerja menjadi pekerja seks komersial, gonta-ganti pasangan, merusak kebahagiaan rumah tangga orang lain, dan semakin terjebak dengan dunia malam sehingga memakai narkoba.

Suatu saat nanti sudah dapat diketahui musibah apa yang akan terjadi. Kalau tidak mati overdosis narkoba, bisa pula mati saat melakukan aborsi. Hal lain yang dapat terjadi ialah tertular dan menularkan penyakit menular seksual yang menjijikkan atau terkena HIV/AIDS yang saat ini belum di temui obatnya.
Kita tentunya tidak mau salah langkah dalam menghadapi masalah yang terjadi pada hutan kita. Jangan sampai sudah keperawanan hutan kita hilang, kehidupan kita juga akan hilang. Seperti yang dikatakan sebelumnya, langkah yang harus kita tempuh adalah mencari penyebab rusaknya hutan kita. Penyebab itu antara lain :

Rabu, 25 Maret 2009

WHAT YOU SEE IS WHAT YOU GET

Pengertian teknologi WYSWYG

WYSIWYG kepanjangan dari What You See is What You Get. Apa yang kita lihat di layar monitor komputer kita adalah sama dengan apa yang akan kita peroleh nanti apabila kita ingin mencetaknya, atau melakukan presentasi di layar yang berbeda. Hal ini lambat laun ditingkatkan dengan keakuratan layout, warna, detil garis, dll. Namun demikian ada beberapa kontradiksi dalam memberikan pemaknaan dari WYSIWYG itu sendiri dengan menambahkan kata "NOT" diantara I (is) dan W (what). Sehingga dimaknai dengan kepanjangan What You See Is NOT What You Get. Hal ini muncul di beberapa kalangan karena kekecewaan mereka atas teknologi yang diperoleh tidak sesuai dengan harapannya.
Mirip dengan pemahaman awalnya, pada tingkatan komunikasi ataupun pada jenis komunikasi tertentu, WYSIWYG perlu juga kiranya dipakai sebagai pengetahuan bahwa ada perbedaan hasil antara tingkatan komunikasi inter personal dengan antar personal. Manakala terdapat dua orang sedang terlibat komunikasi non-verbal, maka masing-masing personal menggunakan pengalaman dan pengetahuan masing-masing dalam memberikan umpan baliknya.

Manfaat teknologi WYSWYG

Banyak manfaat yang diberika oleh teknologi WYSWYG, antara lain :
WYSIWYG dapat dipakai oleh pelaku bisnis yang mencoba mengetahui kemampuan dan tingkat kepercayaan terhadap calon pelanggannya atau sebaliknya.
Bagi kaum muda atau insan yang sedang mencoba mengenali karakter atau watak dari calon pasangannya,
WYSIWYG dapat dipakai sebagai langkah antisipatif dan alat kewaspadaan dibandingkan langkah kuratif seperti 3G

TATA CARA MANDI WAJIB

Tata Cara Mandi Wajib
Tata cara mandi secara lengkap meliputi yang wajib dan yang sunnah sebagai
berikut :
a. Niat dalam hati
Seseorang yang hendak mandi wajib... berniat dalam hati. Ini berdasarkan hadits
yang diriwayatkan dari Umar bin Khathab radhiallahu 'anh bahwa Rasulullah
shalallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Sesungguhnya amalan-amalan seseorang tergantung niatnya,dan seseorang akan
mendapatkan balasan sesuai niatnya." (H. R. Bukhari I/9 hadits no. 1) dan Muslim
(I/1515 hadits no.1907))
Adapun niat cukup dalam hati tanpa perlu melafazkannya. Mengenai bacaan niat
"Nawaitu rof'al hadasil akbar ....." tidak pernah ditemukan hadits yang shahih
datangnya dari Nabi shalallahu 'alaihi wasallam.
b. Membaca bismillah
Seseorang yang hendak mandi hendaknya membaca bismillah. Ini
berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu 'anh (H.R Abu
Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, dan lainnya. Lihat Irwa' Al Ghalil hadits no.81, syaikh
Al Albani menghasankan hadits ini karena ada banyak jalur periwayatan dan penguat
(syawaahid)).
c. Mencuci telapak tangan terlebih dahulu 3 kali
Seseorang yang hendak mandi sebaiknya memulainya dengan mencuci telapak
tangannya terlebih dahulu 3 kali. Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari
Aisyah dan Maimunah radhiallahu 'anhuma (H.R. Bukhari yang dijelaskan dalam
Fathul Baari(I/369 no. 256) dan Muslim (I/253 no. 316-317)).
d. Mencuci kemaluan dengan tangan kirinya
Seseorang yang mandi junub hendaknya mencuci kemaluannya dengan tangan
kiri. Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Aisyah dan Maimunah radhiallahu
'anhuma (H.R. Bukhari yang dijelaskan dalam Fathul Baari(I/368 no. 257 dan 259)
dan Muslim (I/253 no. 316-317)). Untuk mandi haidh dicuci tempat keluarnya darah
sampai bersih dan boleh memakai wewangian (minyak wangi). Perlu diketahui bahwa
wajib membasuhnya sampai benar-benar bersih, hal ini dikarenakan darah haidh dan
nifas itu najis.
e. Membersihkan tangan kirinya
Seseorang yang mandi junub hendaklah mencuci tangan kirinya setelah
digunakan mencuci kemaluan dengan cara menggosokkan tangan kiri ke tanah, lalu
mencucinya. Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Aisyah dan Maimunah

radhiallahu 'anhuma (H.R. Bukhari yang dijelaskan dalam Fathul Baari(I/369 no. 257
dan 259) dan Muslim (I/254 no. 317)).
f. Berwudhu
Seseorang yang mandi junub, setelah mencuci kemaluannya, hendaklah
berwudhu secara sempurna sebagaimana berwudhu ketika hendak shalat berdasarkan
hadits dari Aisyah radhiallahu 'anha (H.R. Bukhari yang dijelaskan dalam Fathul
Baari(I/360 no. 248,383) dan Muslim (I/253 no. 316-317)) akan tetapi mencuci kaki
diakhirkan dalam mandi tersebut berdasarkan hadits dari Maimunah radhiallahu
'anha (H.R. Bukhari yang dijelaskan dalam Fathul Baari(I/360 no. 249,257,259,266)).
g. Menyela-nyelai rambut secara merata dan menyiram kepala
Seseorang yang mandi junub hendaklah menyela-nyelai rambut secara merata,
lalu menyiram kepalanya tiga kali sepenuh 2 telapak tangan. Hal ini berdasarkan
hadits dari Aisyah dan Maimunah radhiallahu 'anhuma (H.R. Bukhari yang
dijelaskan dalam Fathul Baari(I/361 no. 249,257,259,266)).
Ketika menyiram kepala, hendaklah dimulai dari kepala bagian kanan,
kemudian kiri, setelah itu bagian tengah. Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan
dari Aisyah radhiallahu 'anha (H.R. Bukhari yang dijelaskan dalam Fathul
Baari(I/369 no. 258 dan I/834 no. 377) dan Muslim (I/255 no. 318). Adapun hadits
yang diriwayatkan dari Jabir radhiallahu 'anh diriwayatkan oleh Al Bukhari yang
dijelaskan dalam Fathul Baari (I/367 no. 255-256) dan Muslim (I/259 no.329),
sedangkan yang diriwayatkan dari Jubair bin Muth'im radhiallahu 'anh diriwayatkan
oleh Bukhari yang dijelaskan dalam Fathul Baari (I/367 no. 254) dan Muslim (I/258
no. 327)).
Bagi wanita, ketika mandi junub dibolehkan tidak melepaskan ikatan
rambutnya (sanggul), cukup diguyur saja. Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan
dari Ummu Salamah radhiallahu 'anha. (Ummu Salamah berkata : "Ya Rasulallah,
saya suka mengikat rambut. Apakah saya harus melepasnya ketika mandi junub?"
Rasulullah menjawab, "Tidak, kamu cukup menyiramkan air pada kepala 3 kali,
selanjutnya meratakannya ke seluruh tubuh. Dengan cara begitu kamu sudah suci")
Akan tetapi, ketika mandi setelah haidh, wanita diwajibkan melepaskan ikatan
rambutnya. Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Aisyah radhiallahu 'anha
(Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam berkata kepada Aisyah yang kedatangan haidh
saat menunaikan ibadah haji. "Tinggalkanlah rangkaian ibadah thawaf umrahmu!
Lepaskanlah ikatan rambutmu saat mandi, dan sisirlah rambutmu!" (H.R. Bukhari
I/418)
Ketika mengomentari kitab Muntaqa Al Akhbar karya Ibnu Taimiyah, Syaikh Abdul
'Aziz bin 'Abdullah bin Baz rahimahullah berkata, "Ketika mandi setelah haidh, para
wanita diperintahkan melepas ikatan rambutnya, sedangkan ketika mandi junub
mereka tidak disunnahkan melepaskannya." Lihat Fathul Baari (I/418) dan kitab Al
Haidh wa An Nifas hal. 175)).
h. Meratakan air ke seluruh tubuh
Seseorang yang mandi diwajibkan meratakan air ke seluruh tubuh. Ini
berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Aisyah dan Maimunah radhiallahu
'anhuma (H. R. Bukhari yang dijelaskan dalam Fathul Baari (I/360 no.
248,249,257,265,266,274,276) dan Muslim (I/253 no. 316, 317)), dan ketika

menyiramkan air ke seluruh tubuh hendaklah dimulai dari tubuh bagian kanan,
kemudian bagian kiri. Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Aisyah
radhiallahu 'anha, dia berkata :
"Sesungguhnya Nabi shalallahu 'alaihi wasallam suka mendahulukan bagian yang
kanan ketika memakai sandal, menyisir rambut, bersuci, dan dalam segala urusan
beliau." (H. R. Bukhari yang dijelaskan dalam Fathul Baari (I/269) dan Muslim
(I/26)).
Kecuali dalam hal-hal yang memang disunnahkan memulai dengan sebelah kiri, misal
masuk kamar mandi/WC, keluar dari masjid, dsb.. perlu merujuk dalil lain dalam hal
ini.
Seseorang yang mandi hendaknya juga membersihkan ketiak, semua lekukan
tubuh, dan selangkangannya. Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Aisyah
radhiallahu 'anha (Dalam hadits ini disebutkan bahwa Nabi shalallahu 'alaihi
wasallam membersihkan semua lipatan tubuhnya, termasuk ketiak dan selangkangan.
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 243 yang dinilai shahih oleh Syaikh Al
Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud (I/48)).
Seseorang yang mandi hendaknya menggosok-gosok bagian tubuhnya yang
tidak mudah terjangkau air. Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Aisyah
radhiallahu 'anha (H. R. Muslim (I/260). Dalam penggalan hadits ini disebutkan,
"Kemudian dia menyiramkan air ke atas kepalanya, lalu dia gosok-gosok kepalanya
(agar air merata)." Lihat Syarah Al 'Umdah (I/368) karya Ibnu Taimiyah).
i. Bergeser dari tempat semula, lalu membasuh kedua kaki
Menjelang selesai mandi, sebelum membasuk kedua kaki, seseorang yang
mandi dianjurkan bergeser sedikit dari tempat semula, lalu membasuk kedua kakinya
sampai merata. Ini berdasarkan hadits dari Maimunah radhiallahu 'anha (H. R.
Bukhari yang dijelaskan dalam Fathul Baari(I/361 no. 249, 257, 259, 260, 266) dan
Muslim (I/254 no. 317). Syaikh Ibnu Baz berkata : "Hendaknya seseorang yang mandi
mencuci kedua kakinya di akhir mandi, baik sebelumnya telah dibasuh saat wudhu di
permulaan mandi maupun belum").
Lebih afdhal setelah mandi tidak mengelap badannya dengan handuk maupun
yang lainnya. Hadits ini diriwayatkan dari Maimunah radhiallahu 'anha (H. R
Bukhari yang dijelaskan dalam Fathul Baari (I/372 no. 259 dan 266) dan Muslim
(I/254 no. 317)). Dan dianjurkan untuk tidak berlebihan dalam menggunakan air yang
dipakai untuk mandi.
Dikutip dari Buku Thaharah Nabi shalallahu 'alaihi wasallam Tuntunan Bersuci
Lengkap karya Syaikh Sa'id bin 'Ali bin Wahf Al Qahthani penerbit Media Hidayah
disusun oleh Abu 'Abdillah Mubarak ditambah sedikit penjelasan yang merujuk pada
rekaman kajian ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas mengenai tata cara mandi dan
hukum junub.
Wallahu a'lam bisshawab